Forum diskusi mahasiswa ekonomi se-kota palembang di UIN Raden Fatah dengan tema
“Pandangan Mahasiswa Terhadap Kebijakan Pemerintah Mengenai Pemindahan Ibukota Negara Yang Mempengaruhi Perekonomian Bangsa”
Senat Mahasiswa Fakultas Ekonomi Bisnis Islam (FEBI) UIN Raden Fatah mengela Forum Diskusi Mahasiswa Ekonomi se-Kota Palembang 2019 di di Rafah Tower UIN Raden Fatah Palembang, Jumat (04/09). Diskusi yang menghadirkan pembicara yaitu Ketua DPW Persaudaraan Pekerja Muslim Indonesia (PPMI) Sumsel, Charma Afrianto SE dan Sekretaris PWNU Sumsel, Hernoe Roesprijadji S.Ip
“Para mahasiswa yang dianggap Agent of Change diharapkan dapat lebih terbuka dalam mengkritik kebijakan Pemerintah yang lainnya, salah satunya yaitu terkait adanya kebijakan Pemerintah mengenai perpindahan ibu kota Negara yang dianggap dapat mempengaruhi perekonomian bangsa,” ucap Ketua Pelaksana kegiatan, Maulana Aziz
Dijelaskan dia, bahwa kegiatan tersebut sengaja diadakan karena baginya mahasiswa merupakan Agent of Change yang harus menunjukan bahwa mahasiswa yang ada di kota Palembang ini memang menjalankan fungsi sebagai Agent of Social Control.
“Mereka juga harus ikut mengontrol, ya dengan cara membuka forum diskusi seperti ini mengenai kebijakan pemerintah yang telah ditentukan. Yang salah satu paling hangat yaitu pemindahan ibu kota Negara,” ungkap Aziza di Rafah Tower UIN Raden Fatah Palembang, Jumat (04/09).
Aziz juga mengatakan, bahwa pihaknya juga sengaja mengundang para mahasiswa dari perguruan tinggi di kota Palembang yang berkarakteristik perekonomian dalam bidang akademik untuk bersama-sama hadir dalam forum diskusi tersebut.
“Kita berharap, melalui kegiatan ini para mahasiswa diharapkan dapat lebih akrab serta lebih terbuka dalam mengkritik kebijakan Pemerintah yang lainnya,” ujarnya.
Selaku narasumber, Ketua DPW Persaudaraan Pekerja Muslim Indonesia (PPMI) Sumsel, Charma Afrianto SE menyampaikan kebanggaannya kepada para mahasiswa yang telah menggelar kegiatan tersebut. “Yang pasti saya sangat mengapresiasi atas kegiatan yang diadakan oleh para mahasiswa ini, dan semoga kedepan kegiatan seperti ini akan terus berlajut,” katanya.
Sementara, Sekretaris PWNU Sumsel, Hernoe Roesprijadji S.Ip menyampaikan, bahwa sesuai data yang didapatkannya, ada beberapa alasan yang membuat adanya perpindahan Ibu Kota Negara Indonesia.
“Kita dapat melihat apa yang dipaparkan tadi, bahwa kebijakan yang dilakukan oleh Pemerintah semuanya memang didasarkan dengan data yang ada,” singkatnya.
Pemindahan ibukota sangatlah diperlukan oleh bangsa ini mengingat kondisi jakarta yg saat ini sangat padat penduduk, rawan bencana, tidak memungkinkan lagi (tidak memenuhi syarat/kriteria) sebagai ibukota
Memang benar kalimantan adalah tempat yg memenuhi kriteria untk pemindahan ibukota tetapi perlu di ingat jangan sampai pemindahan ibukota ini malah merusak sumber2 oksigen di kalimantan. Karena bisa saja ada oknum2 tertentu yg berkepentingan ingin membuka lahan dengan membakar hutan atau semacamnya itu sangat merugikan. Pemindaham ibukota tetap dilakukan dan kalimantan tetap harus menjadi paru2 dunia.
Bukan pasal setuju atau tidak setuju dikarenakan biaya yg sangat mencekik. kita sebagai Rakyat Indonesia harusnya berpikir kontribusi apa yang bisa kita berikan untuk menemukan solusi atas permasalahan ini.
Karena pemindahan ibukota ini memerlukan biaya yg tidak sedikit
Indonesia harus menerapkan “kemandirian Ekonomi”
Maksud dari mandiri ini adalah masyarakat umum dapat bereproduksi untuk memenuhi kebutuhan pribadi dalam batas mensejahterakan (diri), tidak membutuhkan dan tidak bergantung pd orang lain dalam menjalankan persoalan ekonomi.Oleh karena itu, kemandirian ekonomi ini berarti swasembada dalam memenuhi kebutuhan pokok dan menghalangi dominasi negara lain atas ekonomi dalam negeri. Persoalan impor juga penting dalam bagian ekonomi mandiri. Nampaknya, impor suatu negara tidak hanya bertentangan dengan kemandirian ekonomi akan tetapi bahkan jg membantu membentuk kemandirian ini.
Akan tetapi yang bertentangan dengan kemandirian adalah keterikatan dan ketergantungan (terhadapnya); yaitu sedemikian terikat nya dimana jika impor tersebut perputus, kehidupan satu negara mengalami gangguan (kekacauan). Akan tetapi jika ketergantungan ini tidak dalam batas esensial dan juga tidak berlebih-lebihan maka hal itu tidak bertentangan dengan kemandirian ekonomi.